x

Like Our Facebook

Daftar isi

Rabu, 28 Maret 2012

John Tomcat


Ini adalah John Tomcat dimana tomcat ini berbeda dengan tomcat yang pada umumnya yang ini sangat buas sekali.
Tidak hanya mengigit tetapi juga meninju teman kami, bayangkan jika anda menjadi korbannya, jika anda terkena serangan John tomcat dapat dipastikan akan berakibat fatal. Dengan gejala Bibir Dower, Kepala cenut-cenut, kulit membengkak dan lain sebagainya.  Dan kemungkinan umur anda tidak akan bertahan lama.
Untuk obat penawar jenis tomcat ini masih belum ditemukan, Jika sakit berlanjut segera hubungi Muddin, supaya disosialisasikan.

Rabu, 21 Maret 2012

Cerpen IBU

Setibaku di rumah aku terus menanggalkan sepatu dan baju sekolahku. Badanku terasa penat, lapar, dan haus. Perjalanan dari sekolah ke rumah yang ku tempuh dalam jarak 6 km dibawah terik matahari, cukup meletihkan.
                Aku ingin segera pergi ke dapur menikmati nasi dan lauknya yang biasanya telah disiapkan untukku. Tapi sebelum aku melanhkah, terdengar suara kak hardo memenggilku. Akupun lari mendapatinya. Kukira dia mau memberiku sesuatu. Tapi, harapanku itu segera lenyap ketika melihat muka kak hardo yang cemberut mmemandangku.
                Aku ditatapnya dengan pandang yang tak enak kurasakan. Lalu dengan isyarat anggukan kepala aku disuruh menggikutinya, aku dia ajak ke rumah bu Kesi tetangga sebelahku.
“kau mengaku saja Ar, jangan mungkir”, Aku tak mengerti apa yang dimaksudkannya. Hatiku mulai merasa tidak enak. Kalimatnya itu kurasakan bakal terjadi sesuatu yang tidak ku inginkan. Dan ternyata itu benar, ketika kak Hardo melanjutkan perkataannya : “Bu Kesi lapor padaku bahwa kau mengambil mangga didepan rumahnya”, berkata begitulah kak Hardo sambil menunjuk ke sebatang pohon mangga yang lebat buahnya, di muka rumah bu kesi.
“Tidak !” jawabku.
“ Kau jangan bohong! Mengaku saja terus terang”
“Tidak, Kak, aku tidak pernah mencurinya”, jawabku kesal.
Tiba-tiba Bu Kesi yang selama itu diam ikut bicara, “Ya, kamu kemarin yang merontoki mangga bu Kesi kan??, saya mengintip kamu dari lubang itu. Ia menunjuk pada sebuah lubang dinding kayu rumahnya. Lalu ia melanjutkan pembicaraannya,”bukannya Bu kesi ini terlalu hemat, cuman masih terlalu muda untuk diambili. Kalau emang kepingin, minta sajalah, pasti Bu kesi beri. Tidak baik Nak, mencuri.
                Aku makin merasa jengkel. Dlam hatiku aku memaki. Orang tua yang mukanya royok dimakan usia dan matanya yang kabur itu tentu salah lihat. Sekonyong-konyong orang tua dihadapanku itu berubah menjadi orang yang amat kubenci didunia ini.
“jadi, kau tidak mau mengakui perbuatanmu ??” bentak Kak Hardo mengancamku. Aku sidah hampir menangis namun masih bisa menjawab, “Betul Kak, aku tidak mencuri.. sumpah !!”. namun sehabis perkataanku itu tangisku mulai meledak tak bisa kutahan lagi. Dan ketika telingaku mulai dijewer Kak Hardo, aku menjerit kesakitan. Kemudian aku diseret Kak Hardo pulang. Sesampai dirumah aku ditampar, dijewer dan dipukuli hingga babak belur. Kemudian Kak Hardo mengammbil sebuah penggaris kayu lalu dipukulkan kesekujur tubuhku. Karena aku tetap menyatakan tidak mengambil, akhirnya Kak Hardo kelihatan ragu-ragu dan berkata, ”ya sudah, kalau tidak mengambil diam”.
                Tapi terdorong rasa jengkelku aku tidak bisa diam, tapi malah kukeraskan tangisku. Sekali lagi sekujur tubuhku diteter pukulan-pukulan yang dikeraskan, hingga akhirnya kayu penggaris itu patah menjadi dua.
“kau tidak mau diam Ar ??” ancam Kak Hardo lagi. Ketika itu aku tak merasa takut lagi oleh ancaman Kak Hardo.”tidak!!” Hatiku telah berontak. Aku tak mau menurut perintahnya. Aku terlanjur dia sakiti.
Tiba-tiba saja rambutku dijambaknya. Aku diputar kekanan terus diempaskan. Aku jjatuh tersungkur ditanah. Sakit rasanya, tapi rasa sakit hatiku lebih dari itu. Akupun bangkit dan menantangnya dengan jeritan ku. Biar, biarlah semaunya saja ia menghajar aku, aku terlanjur nekat. Entah karena kakHardo melihat mulutku berdarah atau karena kedatangan mbak Sindi untuk menolongku, Kak Hardo menjadi reda amarahnya. Kak sindi menghampiriku, terkejut melihatku.
“gimana sih, ngajar anak sampe kayak gini ?” Mbak sindi berkata demikian sambil membersihkan mulutku yang penuh tanah dan debu.
“kau mencuri Ar ??”
“tidak mbak”
“ya, mbak Sindi juga percaya kalau Ari tidak bakal mencuri. Ayo makan dulu, kau belum makan to ??”
Dengan muka masam mbak Sindi maninggalkan Kak Hardo tanpa berkata sepatah katapun. Aku dibimbingnya ke dapur. Setibaku didapur kulihat ibu masih membenahi alat-alat dapur yang berserakan.  Yeah,, seperti itulah ibuku, selamanya tidak pernah menghiraukan aku, begitu juga ketika  mendengar sedu-sadanku yang masih ketinggalan ibu tidak berttanya apa-apa. Malah kulihat mukanya yang masam.
                Memang, ibu sangat berlainan dengan ayah. Ayah suka betanya tentang diriku, tentang kesulitan-kesulitanku, atau tentang sekolahku. Ayah suka tersenyum kepadaku. Setiap ayah datang dari bepergian, sering juga dibawakan kue-kue, atau permen yang di bagikan kepada kami dengan jumlah yang sama. Tapi kini ayah telah tiada. Satu-satunya orang yang dekat denganku hanyalah Mbak Sindi.
 Pernah sekali waktu Mbak Sindi bertanya kepadaku, “kau sekarang tidur di bawah ya Ar ??
“Ya, mbak, ibu yang menyuruhku tidur dibawah”.
Dulu seingatku aku tidur besama Mbak Sindi. Tapi lama-kelamaan setelah aku bertambah besar, ibu menyuruhku tidur bersama Kak Hardo dan Dik Tato, adikku si bungsu, disebuah ranjang berkelambu. Akhir-akhir ini ibu menyuruhku pindah tidur di bawah. Katanya sih karena aku suka ngompol.
“kau masih suka ngompol Ar?” tanya Mbak Sindi lagi.
“sekarang sudah tidak mbak. Dik Tato yang masih sering ngompol. Tapi kok dik Tato tidak disuruh ibu tidur dibawah ya mbak ?? kenapa mbak?”
“dik Tato masih kecil, Ar. Nanti bisa masuk angin dia”,kata mbak Sindi.
“aku juga masih kecil, mbak, umurku baru delapan tahun. Bukankah hanya selisih dua tahun ?”
Mbak Sindi hanya diam menatapku dan aku melanjutkan bertanya,”Dik Tato kesayangan ibu ya Mbak??”
“Ari kan juga kesayangan ibu,”
“Ibu sering mencium Dik Tato, kenapa ibu tak pernah mencium aku Mbak ?”
                Mbak Sindi kembali diam menatapku. Di tatapnya mukaku dalam-dalam. Kemudian tanganku diraihnya. Tiba-tiba aku didekap dan diciumnya. Terasa ada air mata yang meleleh di pipiku. Dan ketika aku dilepaskan, kulihat muka mbak Sindi basah.
“Mbak, kenapa menangis?? Mbak Sindi sedih ya?”
“Tidak, Mbak Sindi gembira, Ar ! orang gembira juga bisa menangis mengeluarkan air mata. Mbak Sindi gembira melihat raapormu yang bagus itu”.
“Mbak, aku masih punya ibukan, Mbak ?”
“Masih kok, emang kenapa Ar ?”
“Katanya Yono, temanku, ibu kita ini ibu tiri. Bukan ibu kandung”.
                Mbak Sindi kembali terdiam lagi. Sekarang ia kelihatan gelisah. Sementara ia mengusap-usap kepalaku.
 “Mbak, potret yang dipasang di kamar mbak itu potret siapa ?”
Di kamar Mbak Sindi tergantung sebuah foto seorang perempuan yang usianya lebih kurang tiga puluh tahun, bersama seorang dara yang mukanya mirip Mbak Sindi.
“Ar, kau ingin tahu tentang siapa ibumu ?”
“Ya, Mbak”
“Mbak mau saja menceritakan semuanya, tapi kau harus berjanji kalau Mbak nanti selesai cerita, Ari tidak boleh sedih ya. Kalau Ari sedih Mbak Sindi malaah tambah sedih lagi”
“Ya, Mbak”
“Potret yang kau tanyakan itu ialah potret ibumu, ya ibu kita yang sesungguhnya. Gadis cilik yang digendongnya itu gambar Mbak Sindi sendiri, waktu Mbak Sindi masih berumur lima tahun. Ibumu telah lama meninggal, Ar. Waktu melahirkan kau. Lalu ayah kawin dengan seorang perempuan yang juga mempunyai seorang anak yaitu Kak Hardo. Kemudian lahirlah Dik Tato, adik kita. Lalu ayah meninggal. Setelah Mbak Sindi menikah foto itu diiserahkan kepadaku. Sering,bila aku merasa kesepian foto itu kuambil sekalipun aku tahu, potret itu makin menambah kesepian dalam hatiku”.

Pengetik
Nama : Zainul fanani




Rabu, 14 Maret 2012

Steven Coly

Dia adalah seorang anggota ansaav yang berasal dari atas Dam Air terjun Niagara Jowo!!!
Populer pada Abad 20,12Th berdasarkan ketampanannya yang mempu membuat orang lain tertawa dan bersendawa ketika selesai makan. berkat ketampanannya dia pandai dalam merayu segala sesuatu.



Biodata

Nama                          : Moch. Charir Muslimin
Nama Panggilan           : Charir, Mimin, Dengkek, Ndoweh,
Tempat Tanggal Lahir  : Diatas Dam
Alamat                        : Sebelah Air Terjun Niagara
Asal                            : Dam Daton

Cara Memproteksi Exel

Disini saya menggunakan MO (Microsoft Office) 2003 soalnya lebih mudah dan lebih ringan
langsung ke intinya saja untuk memproteksi MO exel mudah, lihat langkah-langkah sebagai berikut:
Buka file yang akan kamu proteksi kemudian pilih Tool > Option
lalu pilih Security
Kemudian isi pada kotak kosong "password to open" dengan password yang kamu mau setelah itu klik "Ok"


Sekian dari saya (Mohammad Afifudin), kurang lebihnya saya mohon ma'af.

Pendapat Anda untuk Blog Kami

Comment